Hari Ke-16
Review
Buku
§
Secara
sederhana, orientasi seksual adalah kecenderungan atau ketertarikan secara
emosional dan seksual kepada jenis kelamin tertentu. Jelas, fitrah manusia
adalah tertarik kepada lawan jenisnya atau disebut dengan heteroseksual. Tapi
fitrah itu bisa menyimpang karena faktor psikologis dan lingkungan, sehingga
lahirlah dua orientasi seksual yang lain: SSA (Same Sex Attraction) dan
Biseksual. Inilah bibit yang kemudian tumbuh menjadi ‘tanaman’ LGBT yang
meresahkan banyak orang tua.
§
Membahas
secara lebih detail tentang perubahan orientasi seksual yang menyebabkan
seseorang menjadi penyuka sesama jenis. Kesalahan pada masa pengasuhan yang
dimulai sejak anak balita disebut bisa menyebabkan perubahan orientasi seksual.
Maka, pastikan anak harus benar-benar berkarakter sesuai dengan jenis
kelaminnya. Karena seorang anak yang terindikasi SSA sudah bisa terdeteksi
sejak balita hingga umur 10 tahun. Jika melewati usia tersebut, biasanya mereka
sudah bisa menutupi kecenderungan menyimpangnya itu. Amati saja gestur tubuh,
gaya bicara anak, dan pilihan karakternya sehari-hari. Bukankah ada keanehan
jika seorang anak laki-laki menyukai boneka barbie?
§
Pelegalan
pernikahan sejenis di Amerika pada tanggal 26 Juni 2015 di 50 negara bagiannya
membuat gempar dunia. Walaupun sebenarnya Amerika adalah negara ke-21 yang
menetapkan aturan itu. Di Indonesia sendiri, ada organisasi resmi dan terbuka
yang menaungi kaum LGBT di Indonesia yaitu Lambda. Organisasi ini sudah memulai
‘syiar’-nya sejak tahun 80-an. Tapi pelegalan LGBT di Indonesia tidak semulus
di negara lainnya. Tak lain karena nilai-nilai agama dan moral masih dijadikan
patokan di dalam menyusun undang-undang. Ya, Islam sendiri sudah jauh-jauh hari
melarang tindakan seksual sesama jenis. Kisah hancurnya kaum Nabi Luth di dalam
Alquran cukup untuk dijadikan pelajaran berharga. Nabi Muhammad pun bersabda
dalam hadits-nya tentang laknat Allah Ta’ala bagi orang yang melakukan
perbuatan seperti kaum Luth, bahkan menyebutkan laknat itu sampai tiga kali.
Na’udzubillahi min dzalik…
§
Pandangan
Islam terkait LGBT seperti di atas terdapat dalam bab 3. Ditambah dengan
penjelasan tentang pro dan kontra LGBT. Mereka yang pro mengatakan bahwa LGBT
adalah gift/fitrah dari Tuhan yang tidak bisa diubah. Mereka juga tidak setuju
dengan penafsiran agama tentang LGBT yang dianggap sudah kuno, mereka merasa
berhak mengapresiasikan kebebasan orientasi seksual dan merasa terdiskriminasi
dengan peraturan pemerintah dan ketidaksetujuan masyarakat luas. Sedangkan yang
kontra berpendapat bahwa aturan agama manapun melarang tindakan seksual sesama
jenis, pelakunya bisa terjangkit penyakit menular seksual sampai kepada
HIV/AIDS, perilaku LGBT akan mengurangi populasi manusia karena tidak ada
keturunan yang dihasilkan, dan perilaku tersebut bisa memperparah kerusakan
moral.
§
Seseorang
dengan SSA berbeda dengan LGBT. SSA baru bisa disebut sebagai bagian dari
golongan LGBT jika mereka berlanjut dengan ‘aksi’ berikutnya yaitu: melakukan
tindakan seksual atau pernikahan sesama jenis serta menginginkan identitas
sosial dan legalitas sebagai homoseksual. Lalu bagaimana sikap kita terhadap
SSA dan LGBT? Hal itu dibahas di bab ke-4. Jika kita mengenal seseorang yang
terindikasi itu, ingatkanlah dengan cara yang santun. Dengarkanlah curhat
mereka lalu bantu untuk melakukan terapi penyembuhan melalui pendampingan oleh
orang yang profesional. Pendampingan itu bisa dilakukan oleh psikolog, ustadz,
atau yayasan pendampingan khusus seperti yayasan Peduli Sahabat yang digawangi
oleh Kak Sinyo Egie. Sebelum pendampingan, sebaiknya melakukan hal-hal ini:
niat untuk berubah, taubat nashuha, menghapus foto atau video lama tentang
dunia kelam itu, perbanyak ibadah dan olahraga, melakukan kegiatan positif,
menjaga kehormatan diri, dan bersabar.
§
Mencegah
lebih baik daripada mengobati. Bab 5 memberikan tips tentang menjaga diri dan
keturunan dari bahaya LGBT. Ada 5 ajaran Rasulullah dalam mendidik anak yang
bisa menjadi benteng ampuh, yaitu:
o
Menjadi
panutan yang baik bagi anak. Jika kondisi orang tua tidak lengkap, ambil
panutan dari keluarga terdekat misalnya kakek, paman, atau kerabat yang memang
berakhlak baik.
o
Mencari
lingkungan masyarakat yang baik. Pastikan kondisi lingkungan rumah kita cukup
kondusif untuk tumbuh kembang anak. Waspadai juga anak terpapar pornografi dan
pornoaksi melalui media pada usia dini.
o
Ajarkan
adab kepada anak. Anak harus paham tentang izin memasuki kamar orang tua,
mengenalkan batasan aurat, memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan
saat berusia 7 tahun.
o
Pertegas
identitas dan karakter anak. Berikan pakaian dan mainan sesuai dengan jenis
kelamin anak.
o
Waspada
terhadap pelecehan dan kekerasan seksual. Kadang pelecehan bisa dilakukan oleh
orang terdekat anak. Selain batasan aurat, anak juga harus dipahamkan tentang
melindungi tubuh dari sentuhan yang tidak diperbolehkan.
§
Di bab
yang terakhir, Kak Sinyo menegaskan pada para remaja bahwa pacaran bukan
solusi. Maksudnya, mereka tidak perlu berpacaran hanya untuk menunjukkan bahwa
mereka bukan lesbian atau gay. Tidak berpacaran bukan berarti tidak tertarik
dengan lawan jenis. Ketertarikan itu tetap ada tapi ‘dibungkus’ rapi dan akan
dibuka jika saatnya tiba, sesuai dengan aturan agama. Kak Sinyo mengingatkan
bahwa masa baligh adalah masa penuh tantangan karena terjadi perubahan fisik
dan psikis yang membutuhkan perhatian. Maka kewajiban untuk mengenali hukum
Islam dan larangan-larangannya harus semakin diperdalam. Agar gangguan
menyimpang seperti LGBT, narkoba,dan pornografi bisa diusir pergi. Pastikan
para remaja menemukan sahabat terbaik agar mereka saling menularkan dampak
positif dan merasakan bahwa beramal salih sejak muda itu asyik.
Ada 3 kisah nyata tentang
para pelaku LGBT yang memutuskan berhijrah di akhir buku ini. Kisah mereka
sangat menyentuh jiwa dan cukup sebagai bukti bahwa ada fitrah diri yang tidak
bisa diingkari. Sungguh, tugas kita sebagai orang tua semakin berat di zaman
dimana kiamat sudah semakin mendekat. Tapi kita harus tetap berusaha dan
berdoa, termasuk berusaha menyuarakan kebenaran sesuai kemampuan kita. Saya
melakukannya dengan cara sederhana; menulis resensi ini. Saya yakin Anda pun
punya cara untuk melindungi anak-anak dan generasi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung.