{padding: 20px; margin: 10px; background:#ffffff;}

Minggu, 03 Juni 2018

Hari Ke-16 Review Buku



Hari Ke-16
Review Buku
§  Secara sederhana, orientasi seksual adalah kecenderungan atau ketertarikan secara emosional dan seksual kepada jenis kelamin tertentu. Jelas, fitrah manusia adalah tertarik kepada lawan jenisnya atau disebut dengan heteroseksual. Tapi fitrah itu bisa menyimpang karena faktor psikologis dan lingkungan, sehingga lahirlah dua orientasi seksual yang lain: SSA (Same Sex Attraction) dan Biseksual. Inilah bibit yang kemudian tumbuh menjadi ‘tanaman’ LGBT yang meresahkan banyak orang tua.
§  Membahas secara lebih detail tentang perubahan orientasi seksual yang menyebabkan seseorang menjadi penyuka sesama jenis. Kesalahan pada masa pengasuhan yang dimulai sejak anak balita disebut bisa menyebabkan perubahan orientasi seksual. Maka, pastikan anak harus benar-benar berkarakter sesuai dengan jenis kelaminnya. Karena seorang anak yang terindikasi SSA sudah bisa terdeteksi sejak balita hingga umur 10 tahun. Jika melewati usia tersebut, biasanya mereka sudah bisa menutupi kecenderungan menyimpangnya itu. Amati saja gestur tubuh, gaya bicara anak, dan pilihan karakternya sehari-hari. Bukankah ada keanehan jika seorang anak laki-laki menyukai boneka barbie?
§  Pelegalan pernikahan sejenis di Amerika pada tanggal 26 Juni 2015 di 50 negara bagiannya membuat gempar dunia. Walaupun sebenarnya Amerika adalah negara ke-21 yang menetapkan aturan itu. Di Indonesia sendiri, ada organisasi resmi dan terbuka yang menaungi kaum LGBT di Indonesia yaitu Lambda. Organisasi ini sudah memulai ‘syiar’-nya sejak tahun 80-an. Tapi pelegalan LGBT di Indonesia tidak semulus di negara lainnya. Tak lain karena nilai-nilai agama dan moral masih dijadikan patokan di dalam menyusun undang-undang. Ya, Islam sendiri sudah jauh-jauh hari melarang tindakan seksual sesama jenis. Kisah hancurnya kaum Nabi Luth di dalam Alquran cukup untuk dijadikan pelajaran berharga. Nabi Muhammad pun bersabda dalam hadits-nya tentang laknat Allah Ta’ala bagi orang yang melakukan perbuatan seperti kaum Luth, bahkan menyebutkan laknat itu sampai tiga kali. Na’udzubillahi min dzalik…
§  Pandangan Islam terkait LGBT seperti di atas terdapat dalam bab 3. Ditambah dengan penjelasan tentang pro dan kontra LGBT. Mereka yang pro mengatakan bahwa LGBT adalah gift/fitrah dari Tuhan yang tidak bisa diubah. Mereka juga tidak setuju dengan penafsiran agama tentang LGBT yang dianggap sudah kuno, mereka merasa berhak mengapresiasikan kebebasan orientasi seksual dan merasa terdiskriminasi dengan peraturan pemerintah dan ketidaksetujuan masyarakat luas. Sedangkan yang kontra berpendapat bahwa aturan agama manapun melarang tindakan seksual sesama jenis, pelakunya bisa terjangkit penyakit menular seksual sampai kepada HIV/AIDS, perilaku LGBT akan mengurangi populasi manusia karena tidak ada keturunan yang dihasilkan, dan perilaku tersebut bisa memperparah kerusakan moral.
§  Seseorang dengan SSA berbeda dengan LGBT. SSA baru bisa disebut sebagai bagian dari golongan LGBT jika mereka berlanjut dengan ‘aksi’ berikutnya yaitu: melakukan tindakan seksual atau pernikahan sesama jenis serta menginginkan identitas sosial dan legalitas sebagai homoseksual. Lalu bagaimana sikap kita terhadap SSA dan LGBT? Hal itu dibahas di bab ke-4. Jika kita mengenal seseorang yang terindikasi itu, ingatkanlah dengan cara yang santun. Dengarkanlah curhat mereka lalu bantu untuk melakukan terapi penyembuhan melalui pendampingan oleh orang yang profesional. Pendampingan itu bisa dilakukan oleh psikolog, ustadz, atau yayasan pendampingan khusus seperti yayasan Peduli Sahabat yang digawangi oleh Kak Sinyo Egie. Sebelum pendampingan, sebaiknya melakukan hal-hal ini: niat untuk berubah, taubat nashuha, menghapus foto atau video lama tentang dunia kelam itu, perbanyak ibadah dan olahraga, melakukan kegiatan positif, menjaga kehormatan diri, dan bersabar.
§  Mencegah lebih baik daripada mengobati. Bab 5 memberikan tips tentang menjaga diri dan keturunan dari bahaya LGBT. Ada 5 ajaran Rasulullah dalam mendidik anak yang bisa menjadi benteng ampuh, yaitu:
o   Menjadi panutan yang baik bagi anak. Jika kondisi orang tua tidak lengkap, ambil panutan dari keluarga terdekat misalnya kakek, paman, atau kerabat yang memang berakhlak baik.
o   Mencari lingkungan masyarakat yang baik. Pastikan kondisi lingkungan rumah kita cukup kondusif untuk tumbuh kembang anak. Waspadai juga anak terpapar pornografi dan pornoaksi melalui media pada usia dini.
o   Ajarkan adab kepada anak. Anak harus paham tentang izin memasuki kamar orang tua, mengenalkan batasan aurat, memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan saat berusia 7 tahun.
o   Pertegas identitas dan karakter anak. Berikan pakaian dan mainan sesuai dengan jenis kelamin anak.
o   Waspada terhadap pelecehan dan kekerasan seksual. Kadang pelecehan bisa dilakukan oleh orang terdekat anak. Selain batasan aurat, anak juga harus dipahamkan tentang melindungi tubuh dari sentuhan yang tidak diperbolehkan.
§  Di bab yang terakhir, Kak Sinyo menegaskan pada para remaja bahwa pacaran bukan solusi. Maksudnya, mereka tidak perlu berpacaran hanya untuk menunjukkan bahwa mereka bukan lesbian atau gay. Tidak berpacaran bukan berarti tidak tertarik dengan lawan jenis. Ketertarikan itu tetap ada tapi ‘dibungkus’ rapi dan akan dibuka jika saatnya tiba, sesuai dengan aturan agama. Kak Sinyo mengingatkan bahwa masa baligh adalah masa penuh tantangan karena terjadi perubahan fisik dan psikis yang membutuhkan perhatian. Maka kewajiban untuk mengenali hukum Islam dan larangan-larangannya harus semakin diperdalam. Agar gangguan menyimpang seperti LGBT, narkoba,dan pornografi bisa diusir pergi. Pastikan para remaja menemukan sahabat terbaik agar mereka saling menularkan dampak positif dan merasakan bahwa beramal salih sejak muda itu asyik.
Ada 3 kisah nyata tentang para pelaku LGBT yang memutuskan berhijrah di akhir buku ini. Kisah mereka sangat menyentuh jiwa dan cukup sebagai bukti bahwa ada fitrah diri yang tidak bisa diingkari. Sungguh, tugas kita sebagai orang tua semakin berat di zaman dimana kiamat sudah semakin mendekat. Tapi kita harus tetap berusaha dan berdoa, termasuk berusaha menyuarakan kebenaran sesuai kemampuan kita. Saya melakukannya dengan cara sederhana; menulis resensi ini. Saya yakin Anda pun punya cara untuk melindungi anak-anak dan generasi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung.