{padding: 20px; margin: 10px; background:#ffffff;}

Selasa, 05 Juli 2022

Hadiah Dari Allah

“Anggap saja hal-hal atau orang-orang yang menyakitimu itu sebagai hadiah yang Allah kirimkan untukmu… ingatlah bahwa Allah mencintaimu, oleh karena itu mengujimu… agar engkau suci dari dosa-dosamu…. Agar ia semakin mendekatkan dirimu dengan diri Nya… mata katakanlah “Alhamdulillah”.

~Syaikh Mutawalli Assya’rawi~

Pernah tidak berada di posisi hati merasa hancur, tidak menyangka orang-orang yang selama ini sudah menjadi bagian hidup kita sudah menyakiti. Memang butuh waktu melalui serangkaian renungan untuk menyadari kenapa semua itu bisa terjadi. Sehingga harus mampu menyeimbangkan antara perasaan, akal dan iman. Kenapa harus melibatkan iman? Iman satu-satunya bekal dalam hidup untuk bisa memahami kehendak Allah.

Setiap orang dengan perjalanan spiritualnya masing-masing, punya cara tersendiri untuk memaknainya. Kasih sayang Allah yang seringkali tidak bisa diungkap oleh manusia, membuat manusia berprasangka buruk terhadap Nya, apakah Allah marah? Apakah Allah meninggalkan kita? Tidak.

Firman Allah SWT:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuura: 30)

Allah terus menunggu kita agar sadar, masih juga kita tidak sadar, Allah kasih ujian sesungguhnya untuk membuat kita sadar. Menurut kita semua itu adalah kezaliman Allah terhadap hamba Nya, tapi tidak dengan Allah, Allah ingin hamba Nya kembali, Allah tidak ingin hamba Nya dalam kesedihan dan kesulitan. Oleh karena itu Allah memberikan sekiranya apa yang membuat hamba Nya sadar, tapi selalu disalah artikan oleh kita hamba Nya.

Lewat ujian Nya, Allah sengaja menghadirkan orang yang menyakiti kita dari orang yang terdekat agar lebih mengena, karena akan beda rasanya kalau dari orang yang terdekat dengan orang yang jauh. Kalau kita bisa merenung lebih dalam, jiwa, ego, perasaan dan akal akan terkalahkan oleh iman, bahwa disakiti orang itu adalah bentuk kasih sayang Nya, karena dengan cara apapun kita tak pernah mau sadar akan kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan. Coba dengan cara yang satu ini.

Ujian Allah tersebut adalah bentuk hadiah yang diberikan untuk orang-orang pilihan Nya. Bersyukurlah menjadi orang yang terpilih yang diberi hadiah dalam bentuk ujian. Hadiah tidak selalu dalam bentuk keindahan tapi juga bisa jadi dalam bentuk ketidaknyamanan.

Selama ini kita selalu beranggapan bahwa ujian itu adalah hal yang membuat kita tidak nyaman, membuat kita sedih, sakit, tidak berdaya dan sebaliknya menganggap hadiah dari Allah itu adalah dengan melimpahnya harta, kecerdasan, kecantikan, jabatan yang tinggi, dikelilingi orang-orang yang memuja dan memuji, padahal sesungguhnya, kelapangan, kesenangan, kemewahan, kecantikan, kepintaran itu juga adalah ujian.

Bagaimana tidak kesenangan yang kita rasakan bukan ujian, banyak diantara mereka yang Allah berikan kelapangan dalam hidupnya membuatnya lalai, merasa apa yang dimilikinya, apa yang diraihnya, kesuksesannya, jabatannya, hartanya adalah hasil dari usahanya sendiri, lupa bahwa disana Allah terlibat, kesenangannya itu membuat ibadahnya tidak khusyu, sebatas ritual saja tanpa dihayati bahkan ada yang sampai terlewat, Naudzubillah…

Tapi tidak halnya dengan ujian yang berupa kesedihan, membuat kita tak ada sandaran lagi selain Allah, sehingga mau tidak mau kita mau lari kemana lagi selain lari ke Allah. Disanalah perlunya iman dan ilmu, karena banyak orang ketika diberi ujian kesedihan karena tanpa iman dan ilmu mereka malah lari ke selain Allah, bahkan ada yang sampai putus asa tidak punya harapan lagi, menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan dirinya sendiri dan akhirnya mengakhiri hidupnya. Astaghfirullah…

Maka tidak selayaknya kita untuk berburuk sangka kepada Allah atas rasa sakit, kesedihan yang menimpa kita, karena pada akhirnya kita kembali kepada pelukan Nya semata. Apakah manusia mampu menyelesaikan segala urusannya sendiri tanpa melibatkan Allah, tentu tidak akan pernah bisa, karena apapun ujian atau masalah semuanya dari Allah maka yang mampu menyelesaikannya juga Allah. Manusia tidak berdaya, lemah tanpa kekuasaan Nya, manusia hidup saja dihidupkan oleh Allah, nafas saja Allah yang memberi oksigen, yang mengolah makanan didadalam perut juga Allah sampai hal terkecilpun kita tak mampu.

Maka ketika kita dihadapkan pada sesuatu yang membuat kita berlari kencang ke Allah, membuat kita tersungkur tak berdaya dihadapan Allah sehingga tidak butuh lagi yang lain selain Allah, maka bersyukurlah, itu adalah hadiah terindah yang Allah berikan kepada hamba Nya. Tidak semua orang memperolehnya, hanya yang Allah kehendaki.

Siapapun yang menjadi jalan yang membuat kita mendekat kepada Allah syukurilah, walaupun itu menyakitkan hati, menyesakkan dada, rasanya ingin menumpahkan kemarahan padanya, tapi ingatlah orang-orang tersebut sudah Allah utus untuk kita menjadi jalan kita kembali kepada Allah, walaupun rasanya berat namun disanalah letak pahalanya. Bahkan sebaiknya kita harus berterimakasih kepada mereka yang sudah membuat kita semakin dekat kepada Allah, karena mereka kita menjadi banyak-banyak istighfar, banyak-banyak memohon pertolongan kepada Allah, semakin bergantung dan semakin bersandar kepada Allah.

Memang hadiah dari Allah itu adalah berupa ditariknya kita agar jangan sampai berpaling dari Nya, karena kita sudah terlalu jauh berpaling, sehingga perlu diingatkan dengan ujian yang lebih berat agar terjadi efek jera untuk mengulangi kemaksiatan yang sudah dilakukannya. Sesungguhnya Allah Maha Pencemburu….

Memang untuk memaknai setiap ujian itu perlu waktu, perlu ilmu, perlu keimanan, sehingga kita jangan pernah malas untuk menuntut ilmu, karena ilmu itu adalah modal kita untuk menjalani hidup, dengan ilmu yang gelap menjadi terang benderang, yang sulit menjadi mudah, yang berat menjadi ringan.

Bayangkan ketika kita hidup tanpa ilmu, bagaikan kita masuk ke hutan belantara tidak tau apa yang harus dilakukan, tidak tau kemana arah jalan yang harus dilalui, sementara didalam hutan belantara banyak yang mengancam kita diantaranya banyak binatang buas yang siap menerkam kita, habis sudah kalau kita tidak tau ilmunya.

Begitupun dengan kehidupan kita, kalau kita sudah tau ilmunya, maka akan tumbuh keimanan yang menghujam dalam dada, bahwa kehidupan ini semuanya ada dalam genggaman Tuhan sebagai Sang Pencipta, tidak ada lagi kekhawatiran yang membuat kita tidak mempunyai pegangan dalam hidup. Jangan sampai kita hidup harus diberi ujian dulu baru kita belajar, tapi kita harus terus belajar agar setiap ujian yang Allah berikan kita sudah punya ilmunya dan kita akan mampu menghadapinya dengan sebaik mungkin sesuai kehendak Allah.

Oleh karena itu, mulailah kita untuk memahami setiap ujian, karena pada hakikatnya hidup ini adalah serangkaian dari ujian-ujian yang Allah persembahkan kepada hamba Nya, untuk menguji sejauh mana hamba Nya Mengenal Tuhan Nya, meyakini Tuhan Nya. Karena Allah tak pernah zalim terhadap hamba Nya. Semua ujian sudah ada bagian-bagiannya setiap orang.

Allah SWT berfirman :

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)

Kita pun harus menerima semua taqdir Allah dengan rela, sesuai sabda Rasulullah SAW :

“Sesungguhnya besarnya pahala itu seiring dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah jika mencintai satu kaum, maka Allah memberi cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridha (terhadap cobaan itu), maka dia mendapat ridha Allah. Barangsiapa yang murka, maka dia mendapat murka Allah.” (HR Tirmidzi, no. 2396, hadis hasan).

Bagaimana jadinya kalaukita tidak rela terhadap ketentuan Nya, kemana kita harus lari bersandar memohon pertolongan, karena tidak mungkin manusia bisa membantu seutuhnya, karena mereka juga menolong sesamanya hakikatnya digerakkan oleh Allah SWT. Mau tidak mau kita harus mnerimanya dengan kerelaan (ridho).

Musibah atau ujian dalam Al-Qur’an dan hadits memiliki 3 dimensi. Pertama, sebagai hukuman Allah atas kesalahan manusia karena telah melanggar ketetapan-Nya. Kedua, sebagai penghapus dosa yang pernah dilakukan agar di akhirat nanti dosanya tidak diperhitungkan lagi, karena hukumannya sudah ditunaikan oleh Allah di dunia sebagai penebus dosa. Ketiga, sebagai ujian untuk kenaikan derajat di mata Allah dengan cara menguji kesabaran dan keimanan.

Janganlah kita berpikiran sempit tentang Allah Tuhan kita, perlu kita bermuhasabah diri terhadap apa yang terjadi. Siapa tau diantara 3 dimensi ada salah satunya bagian dari kita sehingga kita terus berebenah diri dalam menyikapi setiap keadaan yang kurang nyaman.

Jangan jauh-jauh kita mengambil contoh bagaimana kehendak Allah terhadap makhluknya dengan kehendak orang tua terhadap anaknya. Orang tua dengan segala bentuk Pendidikan kepada anaknya, terkadang lembut atau sesekali harus tegas semuanya tentu dalam balutan kasih sayang, tidak ada orang tua yang tidak sayang terhadap anaknya sehingga menzalimi anaknya sendiri. Hal ini pun berlaku bagaimana Allah terhadap hammba Nya. Perlu diingat bahwa kasih sayang Allah tidak terbatas kepada hamba Nya sementara kasih sayang orang tua sangat terbatas, terbatas dalam segala hal, kemampuan dalam memenuhi kebutuhan, kemampuan penjagaan, berbeda dengan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Segalanya, hati-hati jangan meragukan kekuasaan Nya.

Jangan salah artikan cinta Allah kepada hamba Nya, karena cinta Allah berupa ujian dengan menghadirkan hal-hal atau orang-orang yang menyakiti kita, kita anggap Allah tidak sayang kepada kita, Allah zalim kepada kita, di mana adab kita sebagai hamba kepada Tuhan. Jaga adab kita, jangankan pada Allah sebagai Tuhan kita, kepada manusia saja kita menjaganya padahal manusia adalah makhluk Allah.

Perlu kita menjaga adab kepada Tuhan, jangan semaunya kita apalagi kita mau ikut campur dengan kehendak Nya, ikut mengatur yang bukan wilayah kita sebagai makhluk, biarkan hidup kita berjalan sesuai skenario Allah menurut kehendak Nya, karena Dia lebih tau yang terbaik untk hamba Nya, walaupun kita menganggap sesuatu itu terbaik untuk kita tapi belum tentu karena pengetahuan dan ilmu kita yang terbatas.

Firman Allah dalam Al-Quran:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).

Seperti halnya ujian yang yang kita rasakan sakit mungkin kita tidak menyukainya atau bahkan membencinya padahal itu adalah yang terbaik menurut Allah bagi kita dalam rangka membersihkan dosa-dosa kita yang sudah terlalu banyak yang tak dapat digugurkan dosa tersebut dengan taubat kita, Allah Maha Mengetahui bahwa dosa-dosa tersebut bisa terampuni hanya dengan ujian yang Allah berikan, maka bersyukurlah bahwa sesungguhnya hal yang menyakitkan itu ternyata hadiah terindah untuk kita.

Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitupun belum tentu yang baik menurut kita seperti kelapangan, kemewahan, pujian menjadikann kita bahagia, bisa jadi itu malah menjadi beban kita untuk selalu mempertahankan keadaan tersebut di hadapan manusia dan malah akan membuat kita semakin jauh dari Allah karena sibuk dengan penilaian manusia.

Masya Allah ketika ada orang yang mau menjalankan kaidah dari ayat Al-Quran tersebut, sudah tertanam keimanannya untuk menjalankan rukun iman yang ke enam iman kepada qodho dan qodar Allah. Qodho dan qodar Allah dianggap tidak baik atau buruk hanya dihadapan manusia yang kurang iman, tapi di hadapan Allah dan di hadapan orang beriman qodho dan qodar Allah itu terbaik untuk hamba Nya.

Musibah yang diturunkan Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an, setidaknya ada empat konteks pemahaman, yaitu (1) sebagai ujian bagi orang Mukmin, (2) sebagai peringatan atau teguran bagi umat manusia pada umumnya, (3) sebagai azab atau siksa bagi manusia yang banyak berbuat dosa dan maksiat, dan (4) sebagai kasih sayang bagi orang Mukmin.

Tujuan Allah ingin semua hamba Nya selamat bahagia, dan selalu dekat dengan Nya, rangkaian ujian itu adalah untuk menarik kembali hamba Nya, bahwa kebehagiaan itu hanya ada pada kedekatan seorang hamba dengan Rabb Nya.

Bahagialah bagi hamba-hamba Allah yang terpilih mendapatkan hadiah berupa ujian, karena para kekasih Allah itu khawatir kalau tidak di uji, karena menganggap kalau mereka tidak mendapatkan ujian berarti dia sedang tidak diperhatikan Allah, sehingga mereka sangat menantikan ujian, dan ujian itu selalu ditunggu oleh mereka.

Sebagaiman Umar Bin Khattab pernah ditanya pendapatnya tentang musibah. Ia menjawab, “Tidak ada musibah yang menimpaku kecuali aku melihat di dalam musibah tersebut tiga manfaat yang diberikan oleh Allah SWT untukku. Pertama, selama musibah tersebut tidak menimpa agamaku, maka aku anggap sebagai musibah yang kecil. Namun jika agamaku yang tertimpa musibah maka hal itu merupakan musibah besar bagiku karena dapat merugikan seseorang di dunia maupun akhirat. Kedua, musibah ini kecil bagiku karena masih ada lagi musibah yang lebih besar dari ini. Karena di atas musibah yang aku alami masih ada lagi musibah yang lebih besar darinya. Ketiga, melalui musibah yang kualami, Allah SWT memberikanku kesabaran dan kesempatan untuk mengintropeksi diri karena kedua hal ini merupakan pengaman diriku yang meringankan musibah yang datang.

MasyaAllah… begitulah cara pandang orang-orang yang sholeh para kekasih Allah dalam menyikapi ujian yang tidak disenanginya, mereka punya sudut pandang lain yang berbeda dengan pada umumnya orang, sikap mereka perlu ditiru oleh kita semua.

Umar bin Khattab sejatinya mengajarkan kepada kita untuk introspeksi diri dari kesalahan yang sudah diperbuat dan evaluasi diri untuk membenahi kesalahan yang telah dilakukan.

Pada dasarnya manusia menurut Imam Fakhruddin al-Razi musibah merupakan sebuah ujian yang tidak disenangi oleh jiwa manusia, setiap manusia lebih memilih menghindar dan menjauh daripada mengambil manfaat dari ujian tersebut.

Semua yang ditetapkan oleh Allah SWT kepada manusia termasuk musibah pada dasarnya tidak ada yang buruk tinggal bagaimana kita menyikapinya. Orang yang mampu memanfaatkan ketetapan Allah SWT baginya termasuk musibah, maka ia akan masuk ke dalam deretan orang-orang yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat. Para sahabat selalu mengambil manfaat di balik musibah, karena di balik musibah itu terdapat amunisi yang dapat membuat seseorang lebih kuat dalam menjalani hidup dan lebih dekat kepada Pencipta-Nya.

Semua musibah yang kita alami pasti ada ujungnya. Allah SWT sudah menyediakan pahala bagi kita ketika sabar menghadapinya. Kita harus yakin bahwa di balik musibah ini ada banyak hikmah yang dapat dijadikan sebagai pelajaran hidup. Karena sejatinya hidup adalah ujian, orang bijak pernah berkata, “Musibah ibarat busa sabun, sedikit demi sedikit ia akan mengecil dan mengempes dengan sendirinya.” Selama kita hidup di dunia semuanya sementara saja, baik itu kesedihan maupun kesenangan. Jadi tenang saja….

Ujian yang kita alami, hakikatnya Allah memberi kita kesempatan untuk bersabar dan mengintrospeksi diri. Dua hal ini yang akan terus menjadi pengaman agar kita tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Musibah itu pelindung atas segala sesuatu yang menimpa kita. Menuntun diri kita agar tidak terpancing ke dalam hal-hal yang menyalahi aturan-Nya.

Di sinilah kita dituntut untuk bersikap istiqamah, yaitu konsisten mengamalkan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan (mulazamah al-thariq bi fi’li al-wajibat wa tarki al-manhiyyat). Firman Allah SWT:

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS Huud: 112)

Maka sudah seharusnya, kita selalu bertaubat nasuha kepada Allah SWT. Orang yang tak mau bertaubat adalah orang sombong dan sesat. Astaghfirullohaladzim, mohon ampun Ya Allah… atas segala kebodohan kami, kelalaian kami, prasangaka buruk kami. Harap dan takut kami hanya pada Mu Ya Allah…, segala puji untuk Mu Ya Allah atas ujian yang Engkau hadiahkan kepada kami….

8 komentar:

  1. Hai Mbak Sri, tulisannya bagus. Izin kasih masukan ya Mbak, kalau bisa tulisan dipisahkan antar paragraf agar lebih rapi dan enak dibaca. Semangat menulis :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih masukannya mba Hanung Arum.S, alhamdulillah sudah diperbaiki :)

      Hapus
  2. masyallah miss sri semoga saya segera bisa menyusul nulis keren kyk miss sri

    BalasHapus
  3. Renungan yang dalam. Bisa jadi pengingat langkah kita. Terima kasih sudah sharing.

    BalasHapus
  4. Terima kasih ya, Kak Sri
    Materinya bagus banget, mencerahkan.
    Hanya rapat saja paragrafnya, benar kata Mbak Haning.
    Harus dipisahkan antar paragraf yang lain.
    Supaya lebih rapi.
    Semangattttt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih masukannya mba Ayu Putu, alhamdulillah sudah diperbaiki :)

      Hapus
  5. Masya Allah...keren kak...👍👍😊

    Ma'af kak... 🙏 Untuk penulisan berikutnya, bisa dipisah dg paragraf. Supaya tidak lelah membacanya

    BalasHapus
  6. MasyaAllah.. kadang sering menyalahkan Allah, padahal Allah hanya igin hamba-Nya kembalii 🥺

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung.