{padding: 20px; margin: 10px; background:#ffffff;}

Senin, 16 Oktober 2023

Mencari dan Menemukan Masalah PTK

1. Masalah Yang Dapat Dikaji Melalui PTK Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan perkembangan dan meningkatnya kemampuan siswa, situsai dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga hal tersebutlah yang memicu seorang guru harus melakukan suatu bentuk penelitian tindakan kelas guna menyalesaikan permasalahan yang ada. Tidak semua masalah pembelajaran dapat dikaji dan dipecahkan melalui PTK. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu guru harus memiliki perasaan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran, berani dan jujur terhadap diri sendiri dan tindakanya dalam pembelajaran serta memahami kelemahan dari pembelajaran yang dilakukanya. Hal tersebut harus disadari, dipahami, dan menjadi kepededulian guru dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran yang berkasinambungan, karena tidak semua masalah yang dihadapi dalam pembelajaran dapat dijadikan topik dalam PTK. Masalah yang akan diangkat menjadi topik PTK sebaiknya dikembangkan secara berkelanjutan dalam kurun waktu satu semester atau satu tahun dalam pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa guru sebagai peneliti harus senantiasa meninjau dan memperbaiki rumusan masalah PTK yang dikembangkan secara berkelanjutan, terutama menyangkut masalah pengelolaan kelas, prose pembelajaran, pendayagunaan sumber belajar, pengembangan diri peserta didik, serta masalah pribadi, disiplin, dan etika moral. Tema PTK tentang pengelolaan kelas dapat dikembangkan untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran, menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif, menyenangkan, dan meningkatan aktifitas dan kreatifitas peserta didik. Tema PTK tentang proses pembelajaran dapat dikembangkan dalam untuk menerapkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran, dan meningkatkan peran serta peserta didik dalam pembelajaran, dan memprbaiki cara penilaian hasil belajar. Tema PTK dalam pendayagunaan sumber belajar dapat digunakan dalam pendayagunaan sumber-sumber belajar, mendayagunakan perpustakaan, mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar,serta mendayagunakan sarana dan prasarana pembelajaran untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik. Tema PTK tentang pengembangan diri peserta didik dapat dikembangkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan nafsu belajar sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah. Tema PTK tentang masalah pribadi, disiplin, dan etika moral dapat dikembangkan untuk meningkatkan silaturahmi diantar peserta didik, guru, orang tua, membangun konsep diri peserta didik, membentuk watak dan karakter peserta didik serta meningkatkan kualitas pribadi guru dalam pengembangan kompetensi profesional. Apapun masalah yang dipilih hendaknya dapat diteliti, dan diberi tindakan, dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Masalah-masalah yang akan dijadikan topik PTK hendaknya disenangi, menantang, dan mampu membangkitkan rasa ingin tahu untuk secepatnya melihat hasil dari setiap tindakan yang dilakukan. Masalah yang terlalu kecil pengaruhnya terhadap pembelajaran hendaknya tidak diangkat menjadi topik PTK, misalnya seorang peserta didik yang lambat belajar merupakan masalah kecil karena hanya menyangkut seorang diri, sementara masih banyak masalah yang menyangkut kepentingan sebagian besar peserta didik. Setidaknya ada lima kriteria yang harus dipenuhi agar sebuah masalah dapat diangkat untuk masalah PTK. Kelima kriteria dimaksud adalah sebagai berikut: 1.       Masalah berasal dari kelas, 2.       Tidak terlalu luas dan terlalu sempit 3.       Dilandasi dengan data otentik 4.       Ditemukan penyebabnya 5.       Ada kemungkinan untuk diselesaikan melalui tindakan di kelas. 6.       Penting (urgen) untuk segera diselesaikan. Masalah yang dapat dikaji dalam PTK harus layak dan berada dalam lingkup pembelajaran. Misalnya, masalah kebisingan kelas karena sekolah berada di lingkungan pabrik tidak layak untuk diteliti, demikian halnya dengan jika tidak adanya buku paket menyebabkan peserta didik sukar mengerjakan PR tidak perlu dikaji melalui PTK, karena masalah tersebut berada di luar kemampuan guru.  Masalah PTK juga harus dipilih yang dapat dipecahkan dan berhubungan dengan pembelajaran, masalah ujian nasional (UN) yang rendah setiap tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipecahkan melalui PTK, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks dan berkaitan dengan seluruh sistem pendidikan nasional. Masalah PTK juga harus urgen, strategis dan bermanfaat bagi peserta didik lain. Misalnya, misalnya kesulitan peserta didik dalam memahami pembelajaran merupakan contoh dari masalah yang cukup urgen karena semua peserta didik memerlukan ketrampilan tersebut, dan dampaknya sangat besar terhadap proses maupun hasil belajar. Melengkapi uraian di atas, berikut dikemukakan beberapa contoh permasalahan-permasalahan pembelajaran yang dapat dikaji dalam PTK: a) Metode pembelajaran b) Motivasi belajar peserta didik c) Kreativitas belajar peserta didik d) Model-model pembelajaran e) Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran f) Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. 2. Merasakan Adanya Masalah PTK Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran. Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti: sarana laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, penataan organisasi dan bahan pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Salah satu cara untuk merasakan adanya masalah adalah bertanya kepada diri sendiri mengenai proses pembelajaran yang dilakukan dan kualitas hasilnya. Misalnya, apakah proses pembelajran yang dilakukan sudah efektif? Apakah sumber belajar dan daya dukung suudah memadai? Apakah perolehan sumber belajar cukup tinggi? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memunculkan masalah yang dapat dikaji dalam topik PTK. Apabila guru atau dosen berdiri di kelas atau di ruang perkuliahan dan sedang sibuk menyajikan bahan pembelajaran kepada peserta didik, kemudian merasakan ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang tidak seharusnya, atau sesuatu yang mengganjal pada proses belajar mengajar tersebut, maka guru atau dosen sedang menghadapi persoalan dalam pembelajaran. Ada kemungkinan para peserta didik tidak merespon seperti yang diharapkan, atau ada kemungkinan peserta didik kurang memahami apa yang sedang dikemukakan atau ada sebab lainya. Inilah suatu pertanda, bahwa ada persoalan dalam pembelajaran. Apabila guru atau dosen memperhatikan adanya kondisi yang tidak seharusnya ada dalam proses pembelajaran, maka dapat dikatan sudah ditemukan sesuatu yang dapat dijadikan permasalahan suatu penelitian. Hopkins mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan untuk menolong mencari fokus permasalahan: a. Apa yang sekarang sedang terjadi ? b. Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permasalahan ? c. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya ? d. Saya ingin memperbaiki....... e. Saya mempunyai gagasan yang ingin saya cobakan di kelas saya.... f. Apa yang dapat saya lakukan dengan hal semacam itu ? Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas diperhatikan, dan guru atau dosen menemukan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas, maka benarlah guru atau dosen telah menemukan fokus permasalahan untuk penelitian tindakan kelas.[5] Masalah-masalah di kelas yang perlu dicermati guru dapat berkaitan dengan masalah pengelolaan kelas, proses belajar mengajar, penggunaan sumber-sumber belajar, serta masalah personal dan keprofesionalan guru. PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dilakukan dalam rangka: a) Meningkatkan kegiatan belajar mengajar b) Meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar c) Menerapkan pendekatan belajar mengajar inovatif PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dilakukan dalam rangka: a) Menerapkan berbagai metode mengajar b) Mengembangkan kurikulum c) Meningkatkan peranan siswa dalam belajar d) Memperbaiki metode evaluasi PTK yang dikaitkan dengan penggunaan sumber-sumber belajar dilakukan dalam rangka pengembangan pemanfaatan: a) Model atau peraga b) Sumber-sumber lingkungan c) Alat peraga lainya PTK yang dikaitkan dengan personal dan keprofesionalan guru dilakukan dalam rangka: a) Meningkatkan hubungan antar siswa,guru, dan orang tua b) Meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar c) Meningkatkan sifat dan kepribadian siswa d) Meningkatkan kompetensi guru secara profesional Harus diingat bahwa masalah penelitian yang dipilih hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti” atau “dapat diamati”, dan “dapat ditindaklanjuti”. Dari sekian banyak kemungkinan masalah yang ditemukan, guru (bersama teman sejawat) perlu mendiagnosis masalah apa masalah mana yang perlu diprioritaskan pemecahanya dalam penelitian yang akan dilakukan. Penetapan masalah hendaknya dilakukan setelah menganalisis seluruh pilihan masalah, minat, dan keinginan guru (bersama teman sejawat) untuk memecahkan salah satu atau beberapa di antaranya. Penetapan masalah ini ditandai dengan penentuan permasalahan yang akan diteliti dan perumusan fokus masalahnya. Rumusan fokus masalah yang mungkin dapat ditetapkan oleh seorang guru dapat berupa rumusan sebagai berikut: a) Bagaimana membelajarkan siswa materi tertentu agar siswa mau dan mampu belajara. b) Bagimana memilih strategi pembelajaran yang paling tepat untuk membelajarkan materi tertentu. c) Bagaimana mengajak siswa agar di kelas mereka benar-benar aktif belajar d) Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar e) Media belajar apa yang dapat mempercepat keterampilan anak pada materi pembelajaran tertentu f) Bagaimana menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari agar mereka dapat menggunakan pengetahuan dan pemahamanya mengenai materi itu dalam kehidupan sehari-hari dan tertarik untuk mempelajarinya karena mengetahui manfaatnya. Berikut contoh terkait dengan pemfokusan masalah dalam PTK: 1. Isu Siswa kurang aktif di kelas, cenderung tidak mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran. Guru sering membei kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya 2. Masalah Siswa perlu digalakan aktif dalam kelas, aktif secara utuh 3. Fokus masalah Bagaiman meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas? 4. Rumusan masalah Masalah apa yang terjadi di kelas, bagaimana upaya mengatasinya, tindakan apa yang tepat untuk mengatasi itu, di kelas dan sekolah mana hal itu terjadi?. 5. Tujuan penelitian Meningkatkan parrtisipasi siswa dalam kelas baik secara perilaku, fikiran, dan tindakan. Ada beberapa pegangan yang dapat dijadikan dalam mencari fokus permasalahan, terutama dalam menilai pentingnya hal tersebut untuk dijadikan topik penelitian, manfaat penelitian, dan kemungkinan untuk diteliti, seperti: a) Jangan dimulai dengan permasalahan yang tidak mungkin guru atau dosen dapat menyelesaikanya, seperti mengubah cara menentukan penggolongan siswa apakah ke IPA atau IPS di SMA atau mengubah mata kuliah dalam kurikulum di jurusan. b) Pilihlah fokus permasalahan yang penting untuk diselesaikan bagi kepentingan guru, dosen, dan siswa itu sendiri dalam pembelajaran sehari-hari di kelas. c) Bekerjalah secara kolaboratif bersama mitra sejawat dalam penelitian ini. d) Sebaiknya fokus permasalahan yang dipilih relevan dengan tujuan dan rencana perkembangan sekolah secara keseluruhan. 3. Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang dirasakan muncul dalam pembelajaran perlu diidentifikasi dan ditetapkan kelayakanya dan kepentinganya untuk dipecahkan terlebih dahulu. Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai masalah aktual yang dialami dalam pembelajaran atau masalah lain yang terkait dengan manajemen kelas, iklim belajar, proses pembelajaran, sumber belajar, dan pengembangan diri peserta didik. Permasalahan aktual tersebut kemudian dijabarkan ke dalam topik-topik yang lebih oprasional. Prosedur inilah yang disebut dengan tahap identifikasi masalah. Terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam identifikasi masalah PTK sebagai berikut: a) Masalah yang akan dijadikan topik PTK benar-benar muncul dalam pembelajaran. b) Penting dan bermanfaat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan mutu pembelajaran. c) Adanya alasan rasional, logis, dan sistematis yang mendasari perlunya penelitian tersebut dilakukan. d) Masalah tersebut riil dan problematika yang memerlukan pemecahan dengan segera. e) Masalah tersebut berada dalam jangkauan tugas guru yang dapat dihadapi secara proposional dan profesional. Memperhatikan kriteria di atas, lakukan identifikasi masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Tuliskan beberapa hal yang terkait dengan pembelajaran yang perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak diharapkan. b. Tuliskan semua masalah yang dirasakan dan dihadapi dalam pembelajaran. c. Pilah dan kelompokan masalah yang yang sesuai dengan jenisnya, catat jumlah peserta didik yang mengalaminya, dan frekuensi timbulnya masalah. d. Urutkan masalah yang sesuai dengan kepentinganya untuk dipecahkan dan ditindak lanjuti. e. Pilih dan tetapkan masalah yang paling penting dan mendesak untuk dipecahkan. Masalah yang terpilih inilah yang merupakan cikal bakal PTK, untuk menciptakan perbaikan berkesinambungan. Selanjutnya masalah tersebut perlu dikaji kelayakanya, signifikansi, dan kontribusinya terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Identifikasi masalah dapat anda lakukan dengan mengkaji hasil belajar siswa, mengingat kembali poses pembelajaran, melihat catatan harian yang anda buat pada akhir pembelajaran atau mungkin bertanya pada siswa atau teman sejawat, bahkan kita apat berkolaborasi dengan dosen dari lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), cara yang ditempuh mungkin sangat beragam tergantung keyakinan diri sendiri berdasarkan masalah yang dihadapi. Jika masalah sudah ditemukan maka, gunakanlah kriteria berikut untuk menguji apakah masalah yang dihadapi layak untuk diatasi melalui PTK (Abimanyu, Tim Pelatih Proyek PGSM) 1) Jangan memilih masalh yang tidak anda kuasai 2) Ambilah topik yang skalanya kecil dan relatif terbatas 3) Pilihlah masalah yang dirasa penting 4) Usahakan dapat dikerjakan secara kolaboratif Contoh: Ketika pak Diki menjelaskan sifat-sifat benda dalam pelajaran IPA di kelas III SD, sisa banyak mengantuk dan tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Kemudian, ketika guru bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak seorang siswa pun yang menjawab. Keadaan ini telah terjadi berulang kali, hampir setiap pelajaran IPA. Akibatnya, pada setiap ulangan, skor yang diperoeh siswa selalu rendah. 4. Analisis Masalah Setelah teridentifikasi sejumlah masalah yang akan dijadikan topik PTK, selanjutnya dianalisis untuk menentukan tingkat kepentinganya dan dampaknya terhadap pembelajaran. Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi problematis dan untuk memberikan penekanan yang memadai terhadap pentingnya masalah. Analisis masalah melibatkan berbagai jenis kegiatan, termasuk diskusi antara guru sebagai peneliti dengan teman sejawat untuk menentukan masalah secara tepat, dan mengetahui tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang diperlukan. Sebagai pedoman dapat diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana konteks, situasi, dan kondisi masalah itu terjadi? b. Bagaimanakah hubungan dan keterlibatan setiap aspek pembelajaran dengan masalah tersebut? c. Bagaimanakah alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan secara tepat waktu dan tepat sasaran? d. Apakah perlu waktu khusus untuk memecahkan masalah tersebut? Analisis masalah juga merupakan dasar pertimbangan untuk merencanakan waktu dalam sebuah siklus, mengidentifikasi indikator perubahan, serta mengukur perubahan dan peningkatan yang terjadi sebagai dampak dari tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu, analisis masalah harus dilakukan secara cermat agar dapat menentukan tindakan secara tepat dan memperoleh perubahan atau peningkatan sebagai hasil tindakan yang akurat. Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dilakukan secara cermat, sebab keberhasilan pada analisis masalah akan menentukan keberhasilan kseluruhan proses pelaksanaan PTK. Jika PTK berhasil dilaksanakan dengan membawa kemanfaatan yang dapat dirasakan oleh guru, murid, dan sekolah. Maka, keberhasilan ini akan menjadi motivasi bagi guru untuk meneruskan usahanya dimasa-masa yang akan datang. 5. Merumuskan Masalah Agar mudah dimengerti, rumusan masalah tersebut perlu memberikan informasi tentang: a. Apa yang dipermasalahkan (what). b. Sipa yang terlibat sebagai objek masalah (who). c. Di mana terjadinya masalah (where). d. Kapan terjadinya masalah (when). e. Bagaimana penyimpangan dan berapa besar penyimpanganya (how/ how much). Masalah PTK yang telah dipilih perlu dirumuskan secara komprehensif, jelas, spesifik dan oprasional sehingga memungkinkan peneliti untuk memilih tindakan yang tepat. Perumusan masalah dapat dilakukan dalam kalimat pernyataan, pertanyaan, atau menggaabungkan keduanya. Sebagai pedoman dalam merumuskan masalah PTK, Sagor mengemukakan beberapa pertanyaan sebagai berikut: a) Siapakah yang terkena dampak dari masalah tersebut? b) Apakah yang menjadi penyebab masalah tersebut? c) Apakah masalah sebenarnya (pokok masalahnya)? d) Siapakah yang menjadi tujuan perbaikan? e) Apakah yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tesebut? Herawati, mengemukakan bahwa dalam merumuskan masalah, peneliti perlu memperhatikan aspek substansi, orisinalitas, formulasi, dan aspek teknis. Dari aspek substansi perumusan masalah perlu mempertimbangkan bobot manfaat tindakan yang dipilih untuk meningkatkan dan atau memperbaiki pembelajaran. Sementara dari aspek orisinalitas tindakan, perlu dipertimbangkan apakah tindakan tersebut suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Dari aspek formulasi, masalah dapa dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, atau kalimat pernyataan atau menggabungkan keduanya. Dari aspek teknis perlu dipertimbangkan kemampuan peneliti untuk melaksanakan penelitian tersebut. Dalam hal ini peneliti perlu memiliki kemampuan metodologi penelitian, penguasaan bahan ajar, teori, strategi, metodologi pembelajaran, dan kemampuan menyediakan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas berkaitan dengan perumusan masalah, berikut disajikan contoh tiga rumusan masalah PTk dalam mata pelajaran Matematika (SD), IPA (SMP), dan Bahasa Indonesia (SMA). a) Bagaimana meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal cerita dengan menggunakan gambar dalam mata pelajaran Matematika di kelas IV SD Penyawangan Bandung?. b) Apakah pendekatan kontekstual learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam mata pelajaran IPA di kelas VIII SMP Penyawangan Bandung? c) Bagaimanakah meningkatkan partisipasi peserta didik melalui startegi presentasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA penyawagan Bandung?. 6. Merumuskan Hipotesis Tindakan Hipotesis berasal dari dari dua kata yaitu, “hypo” = sementara, an “thesis” = kesimpulan. Dengan demikian, hipotesis berarti dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah penlitian. Frankle dan Wallen mengemukakan bahwa hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Kegiatan selanjutnya setelah masalah dirumuskan secara oprasional adalah merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin jika suatu tindakan dilakukan. Bentuk umum rumusan dari hipotesis tindakan berbeda dari dari hipotesis penelitian pada umumnya, karena hipotesis tindakan biasanya dirumuskan dalam bentuk keyakinan bahwa tindakan yang dilakukan dapat memperbaiki proses atau meningkatkan hasil. Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk memecahkan PTK. Hipotesis tindakan pada hakikatnya merupakan jawaban sementara yang menyatakan bahwa: “jika dilakukan sesuatu tindakan tertentu, maka masalah yang sedang dihadapi dapat dipecahkan”. Untuk kepentingan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan. a. Diskusikan rumusan hipotesis tindakan dengan teman sejawat. b. Pelajari hasil-hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. c. Identifikasi berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. d. Pilih tindakan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat dilakukan ole guru. e. Tentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan Misalnya seorang guru menghadapi masalah ketika dalam pembelajaran matematika para peserta didik sangat lamban dalam memahami soal cerita. Berdasarkan analisis masalah peneliti menyimpulkan bahwa mereka memiliki kebiasaan mengerjakan soal yang salah dalam memahami soal cerita, dan soal yang diceritakan tidak terkait dengan pengalaman mereka. Hipotesis tindakanya adalah: bila kebiasaan mengerjakan soal cerita yang salah dibetulkan lewat teknik-teknik perbaikan yang tepat dan soal-soal cerita yang diajukan dari pengalaman mereka sehari-hari, maka para peserta didik akan mampu memecahkan berbagai persoalan yang diajukan dari soal cerita tersebut. Demikian, dan seterusnya setiap masalah yang dihadapi dan diteliti melalui PTK perlu dirumuskan hipotesis tindakanya. Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut berkaitan dengan perumusan hipotesis tindakan, berikut disajikan beberapa contoh hipotesis tindakan dari beberapa masalah yang telah dirumuskan diatas: 1) Ketrampilan peserta didik mengerjakan soal-soal cerita dalam mata pelajaran matematika di kelas VI SD Penyawangan Bandung dapat ditingkatkan dengan menggunakan gambar. 2) Pendekatan kontekstual learning dapat meningkatkan kemampuan masalah memecahkan masalah dalam mata pelajaran IPA di kelas VIII SMP Penyawangan Bandung. 3) Partisipasi peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA Penyawangan Bandung dapat ditingkatkan melalui strategi presentasi. Hal yang perlu diingat dalam kaitanya dengan perumusan hipotesis adalah bahwa hipotesis selalu dirumuskan dalam kalimat pernyataan, bukan dalam kalimat tanya. 7. Menentukan Judul PTK Judul PTK harus dirumuskan secara singkat, padat, spesifik dan tidak mungkin memberi penafsiran yang beragam, serta mencerminkan permasalahn pokok yang akan dipecahkan. Judul harus memberikan gambaran tentang apa yang dipermasalhkan dalam PTK; misalnya masalah yang dikaji adalah peningkatan prestasi belajar bahasa Inggris, dan bentuk tindakan (treatment) yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah adalah pendekatan partisipatif; maka judul yang dirumuskan adalah “Penerapan Pendektan Partisipatif dalam Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Inggris”. Judul juga harus memuat keterangan tentang lokasi,waktu, serta kelas yang dijadikan penelitian dan mata pelajaran yang dijadikan PTK. Dari judul diatas misalnya dilengkapi sebagai berikut: “Penerapan Pendektan Partisipatif dalam Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMP Negeri Penyawangan Bandung Tahuu 2009”. Keterangan waktu, lokasi, serta kelas yang dijadikan PTK juga bisa dijelaskan dalam subjudul sebagai berikut: “Penerapan Pendektan Partisipatif dalam Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Inggris (Penelitian Tindakan di Kelas VIII SMP Negeri Penyawangan Bandung Tahun 2009). Langkah pertama sebelum membuat proposal PTK adalah menentukan judul. Guru (peneliti) harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan di kelas. Berangkat dari kepekaan ini muncul inisiatif untuk mengatasi masalah tersebut. Jadi judul PTK adalah ide yang diangkat dari identifikasi permasalahan yang ada. Judul sebaiknya dirumuskan dengan singkat dan spesifik, serta mencerminkan permasalahan pokok yang akan dipecahkan dalam PTK. Judul dipaparkan secara deklaratif, jelas, padat dan tidak memberi kemungkinan penafsiran yang beragam. Usahakan jumlah kata judul tidak lebih dari dua puluh kata. Judul haruslah mencerminkan sebuah aktivitas, mudah dipahami dan kita dapat menembak isi penelitian tersebut. Hal pokok yang harus tertulis dalam judul adalah gambaran dari apa yang dipermasalahkan dalam PTK yang merupakan variable Y (misalnya: peningkatan hasil belajar siswa) dan bentuk tindakan (treatment) yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah yang merupakan variable X (penerapan model pembelajaran kooperatif). Judul PTK juga harus memuat keterangan tentang tempat penelitian, waktu penelitian, kelas yang dijadikan penelitian dan mata pelajaran apa yang dijadikan PTK. Umumnya dibawah judul dituliskan pula sub judul. Sub judul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi, misalnya dimana penelitian dilakukan, kapan, dikelas berapa, dll. Berikut beberapa contoh judul PTK: 1. Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik Melalui Penggunaan Peta pada Pembelajaran Pengetahuan Sosial 2. Meningkatkan Sikap Positif Peserta Didik Melalui Metode Bermain Peran di SD….. 3. Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Tutor Sebaya pada Peserta Didik Kelas … SD… 4. Meningkatkan Keberanian Bertanya Melalui Metode Kooperatif Learning di SD… 5. Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar Melalui Belajar Kelompok pada Mata Pelajaran … Kelas … SD… Judul PTK harus memuat unsur-unsur sebagai berikut: (1) ada masalah yang akan diteliti (variable Y); (2) ada tindakan untuk mengatasi masalah (variabel X); (3) ada subjek (siswa kelas ….); dan (4) lokasi yang spesifik (tempat & waktu penelitian). Sedangkan pola judul dalam PTK adalah: (1) Penerapan X untuk Meningkatkan Y pada Mata Pelajaran … Kelas … Sekolah ….; (2) Upaya Meningkatkan Y Melalui X pada Mata Pelajaran …. Kelas … Sekolah …; (3) Optimalisasi X untuk Meningkatkan Y pada Mata Pelajaran ….. Kelas …. Sekolah …; (4) Peningkatan Y Melalui X pada Mata Pelajaran … Kelas … Sekolah; Dan (5) Peningkatan Y dengan Menerapkan X pada Mata Pelajaran …. Kelas …. Sekolah …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung.