1. Attachment (Kelekatan)
Kelekatan adalah hubungan emosional yang kuat antara anak dengan figur utama dalam kehidupannya. Kelekatan yang sehat menjadi fondasi perkembangan sosial dan emosional anak.
1.1 Figur Lekat
Figur lekat adalah orang atau individu yang menjadi pusat perhatian dan tempat anak merasa aman.
Contoh: Orang tua, pengasuh, guru PAUD yang sering berinteraksi dan memberi rasa aman. Anak merasa nyaman mencari figur ini saat sedih atau takut.
1.2 Jenis Kelekatan
Menurut teori Bowlby, terdapat beberapa jenis kelekatan:
-
Secure Attachment (Kelekatan Aman): Anak merasa aman dan percaya figur lekat akan merespons kebutuhan mereka.
Contoh: Anak menangis ketika orang tua pergi, tetapi segera tenang saat orang tua kembali.* -
Insecure-Avoidant (Kelekatan Menghindar): Anak cenderung menjauh dan tidak mencari figur lekat saat stres.
Contoh: Anak bermain sendiri dan tidak peduli ketika orang tua meninggalkan ruangan. -
Insecure-Ambivalent/Resistant (Kelekatan Cemas): Anak menunjukkan kecemasan tinggi dan sulit tenang, bahkan saat figur lekat kembali.
Contoh: Anak menangis keras, tetapi menolak dipeluk orang tua ketika kembali. -
Disorganized (Kelekatan Tidak Teratur): Anak menunjukkan perilaku bingung atau kontradiktif terhadap figur lekat.
Contoh: Anak mendekat tapi tiba-tiba menjauh saat orang tua mencoba menenangkannya.
1.3 Bentuk Tingkah Laku Lekat
-
Menangis saat figur lekat pergi.
-
Mencari kontak fisik (dipeluk, digendong).
-
Menunjukkan ekspresi senang saat bertemu figur lekat.
-
Mengikuti figur lekat di lingkungan baru.
1.4 Manfaat Kelekatan
-
Memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.
-
Membantu perkembangan emosi dan sosial (misal kemampuan berbagi, empati).
-
Mendorong anak untuk mengeksplorasi lingkungan dengan percaya diri.
-
Membentuk dasar untuk hubungan interpersonal di masa depan.
2. Overlabelling (Pemberian Label Berlebihan)
Overlabelling adalah pemberian label atau penilaian terhadap anak yang bersifat terlalu kategoris atau stereotip, yang dapat memengaruhi persepsi diri dan perkembangan mental anak.
2.1 Jenis Labelling
-
Positive Labelling: Memberikan label positif, misal “anak pintar” atau “anak berbakat.”
Contoh: Guru terus memuji anak sebagai “juara kelas” tanpa melihat usaha anak. -
Negative Labelling: Memberikan label negatif, misal “anak nakal” atau “malas.”
Contoh: Anak yang lambat menulis disebut “bodoh” oleh guru. -
Stereotypical Labelling: Label berdasarkan stereotip sosial atau gender.
Contoh: “Anak laki-laki tidak boleh menangis,” “anak perempuan harus lembut.”
2.2 Dampak Labelling pada Anak
-
Mempengaruhi persepsi diri anak (self-concept).
-
Anak bisa berperilaku sesuai label yang diberikan (self-fulfilling prophecy).
-
Mengurangi rasa percaya diri atau mendorong kecemasan.
2.3 Dampak Labelling bagi Perkembangan Mental Anak
-
Positif: Bila label sesuai dengan kemampuan dan diberikan dengan dukungan, dapat meningkatkan motivasi dan prestasi.
-
Negatif: Bila berlebihan atau negatif, dapat menimbulkan stres, rendah diri, atau masalah perilaku.
-
Label dapat membatasi potensi anak karena anak “terjebak” dalam label yang diberikan.
Contoh: Anak yang selalu disebut “pemalu” mungkin enggan berbicara di depan kelas karena merasa tidak mampu, meskipun sebenarnya mampu.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung.