Cemilan
Rabu #1
31 Mei 2017
Komunikasi
Produktif, Komunikasi Efektif
Seberapa pentingnya komunikasi? Dari
komunikasi, orang dewasa dan anak-anak belajar tentang agama, values, dan
sebagainya. Komunikasi juga menentukan konsep diri anak/ self concept yang nantinya akan menentukan harga diri/ self confidence anak. Inilah mengapa
materi Komunikasi Produktifmenjadi awal dari segala materi.
Kunci dalam komunikasi ialah perasaan. Jika ingin nasehat atau pesan
kita diterima oleh orang lain terutama anak kita, yang diperlukan ialah
memahami perasaannya erlebih dahulu. Karena pada dasarnya, manusia memiliki
lima kebutuhan dasar dalam komunikasi yaitu agar perasaannya Di dengar, Di
kenali, Di terima, Di mengerti, dan Di hargai (5D)yang merupakan kunci
komunikasi.
Kadang secara tidak sengaja kita salah
berbicara kepada anak untuk mendapatkan hasil instan (misal: agar anak cepat
diam dari tangisnya). Kesalahan Komunikasi ini menimbulkan dampak yang disebut
dengan Verbal Abuse, meski terjadi secara
tidak sengaja tetapi hal ini dapat merusak jiwa anak dan efeknyna baru terlihat
dalam jangka panjang.
Berikut akibat kesalahan komunikasi pada
anak:
§
Melemahkan
konsep diri
§
Membuat
anak diam, melawan, tidak perduli, sulit diajak kerjasama
§
Menjatuhkan
harga dan kepercayaan diri anak
§
Kemampuan
berfikir menjadi rendah
§
Tidak
terbiasa memilih dan mengambil keputusan bagi diri sendiri
§
Iri
§
Menjadi
generasi yang BLAST (Teori Mark Kaselmen) merupakan sinngkatan dari Boring-Lonely-Angry/
Afraid-Stress-Tired- yang akhirnya mengakibatkan beberapa penyimpangan sosial.
Selain kata-kata, yang harusdiperhatikan
dalam berkomunikasi ialah bahasa tubuh. “Action
is louder than words”.
Lalu bagaimana cara berkomunikasi yang baik,
benar dan menyenangkan pada anak? (Langkah-langkah berikut ini pada dasarnya
bisa digunakan kepada siapa saja lawan bicara kita)
1.
Jangan bicara tergesa-gesa
Siapa yang
tidak pernah merasa bahwa waktu “sempit” atau “sedikit”?Tapi bicara
tergesa-gesa akan membuat pesan yang kita sampaikan gagal diterima otak anak.
Hindari bicara tergesa-gesa, apalagi sambil marah-marah dengan muka garang tanpa
senyum. Bahkan jka bisa, cobalah tersenyum. Senyum dapat mengaktifkan hormon
seretonin yang membuat kita merasa senang. Ingat, jika perasaan senang, otak
bisa menyerap lebih banyak!
2.
Ingat: Setiap pribadi unik
Hargai setiap
pribadi lawan bicara kita. Alloh telah menciptakan setiap manusia unik dan
berebda-beda (lihat QS 3:6), maka jangan samakan dirinya dengan kita apalagi
orang lain.
3.
Kenali diri sendiri dan anak
Kebanyakan orang
yang belum mengenal diri masih terpaku dengan rutinitas. Masih ingat aktifitas
dinamis/ orang yang telah banyak mengelola aktifitas dinamis bisa jadi telah
lebih dulu mengenal siapa dirinya (be do have). Sehingga mereka cenderung mudah
memanage diri, waktu dan kondisi di sekitar mereka. Karena itu, ambillah waktu untuk mengenali
diri sendiri dan anak atau siapapun yang terdekat dengan kita. Dengan lebih mengenal
anak, akan lebih mudah kita berkomunikasi dengannya. Sisihkan waktu tertentu
untuk bisa berduaan hanya dengan anak/ pasangan.
4.
Pahami perbedaan needs dan wants
Setiap pribadi
unik, begitu juga dengan
kebutuhan(needs) dan kemauan (wants)-nya. Bedakan kebutuhan dan kemauan
kita dnegan anak. Misalnya, anak mau bermain terus, namun ia butuh mandi atau
makan. Coba pahmi kemauannya, selami dunianya, baru kemudian beritahu anak apa
yang sesungguhnyamenjadi kebutuhannya.
5.
Pahami “Masalah Siapa?”
Siapa yang
sebenarnya memiliki masalah? Saya atau anda? Kadang, kita mencampurkan masalah
kita dengan orang lain, atau masalah orang lain dengan kita. Sebelum
berkomunikasi, analisa siapakah yang bermasalah? Apakah perlu dibantu atau
tidak? Misal ketika anak dihadapkan pada suatu maalah, ini adalah kesempatan
anakuntuk berpikir, memilih, dan mengambil keputusan (BMM). Jika anak dibimbing
untuk membuat pilihan dan mengambil keputusan, ia akan tumbuh menjadi anak yang
mandiri dan bertanggung jawab.
6.
Baca bahasa tubuh
Bahasa tubuh
lebi nyaring dari kata-kata. Dalam komunikasi 55% brisi bahasa tubuh, 38% nada
suara dan sisanya hanya 7% yang ditentukan oleh kata-kata. Karena itu, bahasa
tubuh tidak pernha bohong. Baca bahasa tubuh anak untuk mengerti apa yang ia
rasakan.
7.
Dengarkan Perasaan
Kunci
komunikasi ialah perasaan. Maka cobalah dengar perasaannya dengan menebak apa
yang sedang ia rasakan dari bahasa tubuhnya. Misalnya, “Adik sedang kesal/ marah/ jengkel ya?”, “Adik
sedih ya karena mainannya hilang?”. Dengan menerima perasaan anak, anak mau
membuka diri, mengeluarkan emosi dan masalahnya. Dengan mengetahui masalahnya, kita dapat
membantu anak untuk menyelesaikan masalah tersebut.
8.
Mendengarkan dengan aktif
Jadilah cermin
ketika anak bercerita tentang masalahnya. Tunggu dan eksplore perasaannya
hinggatuntas, dan berikan respons yang sesuai seperti, “Oooh...Begitu ya?”Terus?”
“Kamu kesal sekali ya?”. Sediakan ruang bagi emosinya. Jika emosinya sudah
mengalir, maka korteks otaknya siap bekerja. Selanjutnya, anak akan lebih mudah
menerima informasi dan pesan dari kita.
9.
Hindari 12 gaya populer (parenthogenic)
Tanpa kita
sadari, secara turun temurun 12 gaya komunikasi ini sering kita gunakan dalam
percakapan sehari-hari. Ketika anak sedang atau tidak bermasalah pun, jika kita
sering meresponnya dengan menggunakan 12 gaya populer ini, anak akan merasa
TIDAK percaya dengan emosi atau perasaannya sendiri.
Berikut ialah
contoh-contoh 12 gaya populer:
#1 Memerintah,
contoh: “Mama
tidak mau dengar alasan kamu, sekarang masuk kamar dan bereskan kamarmu!”
#2 Menyalahkan,
contoh: Ketika
anak tidak bisa mengerjakan soal PRnya, ayah berkata, “Tuh kan. Itulah
akibatnya kalau kamu tidak mendengarkan Ayah dan malas belajar”
#3 Meremehkan,
contoh: “Masak
pakai sepatu sendiri saja tidak bisa, bisanya apa dong Kak?”
#4 Membandingkan,
contoh: “Kok
kamu diminta naik ke panggung saja tidak mau sih Kak, tuh lihat Andi saja mau”
#5 Memberi cap,
contoh:”Dasar
anak bodoh, disuruh beli ini saja salah!”
#6 Mengancam,
contoh: “Kalau
kamu tidak mau makan lagi, kamu tidak akan dapat uang jajan selama seminggu!”
#7 Menasehati,
contoh:
“Makanya, kalau mau makan cuci tangannya dulu, nak… Tangan kan kotor banyak
kumannya…”
#8 Membohongi,
contoh:
“Disuntik tidak sakit kok nak, seperti digigit semut aja kok”
#9 Menghibur,
contoh: Ketika
adik menemukan bahwa es krim nya dimakan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya,
bunda berkata, “Sudah ya sayang, besok bunda belikan lagi es krimnya, lebih enak
dari yang dimakan kakak tadi”
#10 Mengeritik,
contoh: “Lihat
tuh! Masak mengepel masih kotor dimana-mana begitu. Mengepelnya yang benar
dong!”
#11 Menyindir,
contoh: “Hmmm…
Pintar ya? Sudah mandi, sekarang main tanah dan pasir lagi”
#12 Menganalisa,
contoh: “Kalau
begitu, yang mengambil bukumu bukan temanmu, mungkin kamu tinggalkan di tempat
lain…”
Aha! makin
banyak yang harus kita perbaiki ya, ayo lanjutkan tantangan 10 hari
teman-teman, dengan kualitas komunikasi yang semakin bagus.
10.
Gunakan “Pesan Saya”
Jik akita yang
memiliki masalah terhadap anak, gunakanlah “pesan saya” atau “i-message” yaitu
dengan:
“Ayah/ Ibu
merasa... (isi perasaan kita) Kalau kamu... (isi perilaku anak) Karena... (isi
konsekuensi terhadap diri sendiri/ orang tua/ orang lain”
Contoh: “Ayah
merasa marah kalau kamu tidak mendengarkan ayah bicara karena itu membuat ayah
merasa tidak berharga”.
“Pesan saya”
memisahkan antara masalah dengan diri anak. Bedakan dengan “pesan kamu”. Pesan
kamu menggunakan kamu (yaitu anak) sebagai subjek masalah misalnya, “Kamu tidak
pernah mendengarkan ayah!”. Dalam “pesan kamu”, anak tidak bisa membedakan mana
masalahnya dan mana dirinya. Hal tersebut jika terus menerus dapat melemahkan
konsep diri anak.
/Tim Fasilitator Bunda Sayang 2/
Sumber Informasi:
Catatan
Seminar Elly Risman,
Artikel
Cemilan Rabu
Bunda Sayang Batch # 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung.